Judul
|
:
|
Masyarakat Nelayan Lamalera dan Tradisi Penangkapan Ikan
Paus
|
Penulis
|
:
|
Ambrosius Oleonâ & Pieter Tedu Bataonâ, S.H.
|
Penerbit
|
:
|
Lembaga Gelekat Lefo Tanah
|
Tahun Cetak
|
:
|
2001
|
Halaman
|
:
|
152
|
ISBN
|
:
|
979-96340-0-8
|
Harga
|
:
|
Rp. 140.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Di atas bentangan Laut Sawu yang galak, di situlah ladang
manusia Lamalera. Keganasan laut adalah santapan manusia Lamalera. Di dalam
laut itu tersimpan rezeki harian mereka. Seperti Peledang, laut dan isinya
adalah bagian dari diri mereka. Ikan buruanya diibaratkan seperti sesamanya.
Ini terungkap dalam nyanyian untuk meminta ikan muncul ke permukaan air: sedo plau rubu puke, ruate soba te perefo,
barek lau veran langu, rata losu ula doro (hai gadis yang berdiam di pokok
karang, bolehkah kita berkenalan, hai dara yang beradu di bawah terumbu,
rambutmu lurus bagai ular melata). Atau nyanyian pada saat buruanya berontak
dan masuk ke dalam laut: Kuma mode
hukoko, doing gara lelaja oooo, (hai gadis kuning langsat, kenapa merajuk
sedemikian lama). Pada saat ikan Paus menolak untuk ditikam, para nelayan
bernyanyi untuk manusia Lamalera: Sora
gehik levo, levo rasa-rasa (Raksasa menolak masuk kampong, ada apa gerangan
di kampong?) Pada saat ikan Paus sedang berontak kena tikaman tempuling
nelayan, manusia berteriak: hirrkae …
hirr … kae, levo hiiiir kae (Puji dia, seluruh isi kampong puji dia). Pada
saat ikan Paus ditarik dari tengah laut ke darat, para nelayan bernyanyi : Sora taran bala, tala levo rae tai
(Raksasa bertandung gading, mari kita masuk kampong), atau sora geri levo, buka bavalove (Raksasa akan masuk kampong, bukalah
gerbang).
mohon info jika ada stok buku ini. Terima kasih
BalasHapusmaaf bukunya kosong, tetapi kami merekoemndasikan buku "Dari Lautan Menuju Tuhan" dan "Migrasi di Kawasan Laut Sawu" trims
Hapus