Judul
|
:
|
Hidup dari Pengharapan,
Mempertanggungjawabkan Pengharapan di Tengah Masyarakat Majemuk Indonesia
|
Penulis
|
:
|
A. A. Yewangoe
|
Penerbit
|
:
|
PT. BPK Gunung Mulia
|
Tahun Cetak
|
:
|
2017
|
Halaman
|
:
|
298
|
ISBN
|
:
|
978-602-231-377-9
|
Harga
|
:
|
Rp. 75.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
“Pengharapan” adalah sebuah kata pendek dan
mungkin cukup akrab di telinga kita dan karena itu tidak
lagi diberi perhatian khusus. Kendati demikian, kata ini sangat dalam maknanya.
Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan, tanpa pengharapan
seseorang tidak mampu melanjutkan kehidupannya. Hal Lindsey pernah mengatakan,
“manusia dapat hidup 40 hari tanpa makan, sekitar 3 hari tanpa air sekitar 8
menit tanpa udara. Namun, hanya 1 detik tanpa harapan.”
Apa “pengharapan” itu sebenarnya? Kumpulan
tulisan dalam buku ini muncul dalam rentang waktu antara tahun 2012-2015.
Penulis, yang menulisnya baik sebagai Ketua umum PGI maupun
sebagai pendeta yang pernah (dan terus) beljar teologi, yakin bahwa
tulisan-tulisan dalam buku ini merupakan refleksi dari pertanggungjawabannya
atas tema itu.
Terbagi dalam 25 tulisan, pemikiran penulis
yang bernas dan tajam menjelajahi berbagai tema yang muncul dalam beberapa
tahun belakangan ini. Dengan sengaja ia mendapatkan di awal tulisan-tulisannya,
topik berjudul “Peta konteks Berteologi di Indonesia”
untuk menakar dan sekaligus memahami dimanakah sesungguhnya kita berada
sekarang dalam keriuhrendahan berteologi di negeri kita. Tercerminkah kesadaran
sosial dan lingkungan di dalam kegiatan-kegiatan teologi kita itu, atau malah kita cenderung
menarik diri kembali ke dalam ghetto dan/atau bahkan membenarkan
(menjustifikasi) sikap-sikap kita yang konsumeristis dan cinta uang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar