Judul
|
:
|
Bulan Peredam Prahara: Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari
Bumi Flobamora, Seri 1
|
Editor
|
:
|
Alfred B. Jogo Ena
|
Penerbit
|
:
|
Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT Kerja Sama dengan
Penerbit Kosa Kata Kita (KKK) Jakarta
|
Tahun Cetak
|
:
|
2018
|
Halaman
|
:
|
328
|
ISBN
|
:
|
|
Harga
|
:
|
Rp.
|
Status
|
|
Kosong
|
Buku antologi puisi ini diterbitkan
sebagai upaya Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT dalam rangka menumbuh dan mengembangkan potensi anak tanah NTT dalam bidang
sastra dan budaya. Komunitas RSK adalah komunitas sastra orang-orang NTT yang
berganung dalam grup WA. Didirikan pada Januari 2018 dengan koordinator Dr.
Yoseph Yapi Taum.
Mengambil anak judul: Antologi Puisi Pesan
Perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1, bermaksud agar para penyair NTT dapat
meniupkan "seruling perdamaian" dari NTT (Flobamora) untuk Indonesia
(Nusantara) pada tahun politik 2018 dan 2019 yang penuh dengan persaingan tidak
sehat, menghalalkan segala untuk memenangkan pertarungan, dan menyebarkan
berita bohong. Itulah sebabnya buku antologi puisi ini didominasi oleh
puisi-puisi seruan perdamaian. Inilah sumbangan dari NTT yang ditiupkan para
penyair NTT.
Dalam buku Bulan Peredam Prahara ini
terhimpun 217 judul puisi karya 74 penyair, sebagian besar penyair NTT. Ada
nama penyair yang sudah malang melintang dalam panggung puisi, baik tingkat
nasional maupun tingkat regional NTT. Ada pula penyair yang baru muncul.
Sejunlah nama penyair dalam buku ini dapat disebutkan, antara lain: Aster Bili
Bora, Agust G. Thuru, Ian CK, Ignas Kaha, Jhony Lae, Mario D. E. Kali, Milla
Lolong, Nikolaus Loy, Paulus Heri Hala, Usman D. Ganggang, Veran Making, Walter
Arryanto, Yandris Tolan, Yoseph Y. Motong Wuwur, dan lain-lain.
Di bagian akhir Prolog, Yoseph Yapi Taum,
pengamat dan ilmuwan sastra dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
menulis: "Diksi-diksi puitik dalam antologi ini menekankan satu pesan
penting bagi bangsa Indonesia: bahwa perdamaian, rasa damai, hidup penuh
kedamaian di dalam perbedaan merupakan keutamaan yang harus diperjuangkan dan
dipertahankan dari rongrongan para pemburu kekuasaan. Hanya perdamaianlah yang
memampukan perahu Indonesia mencapai pulau kebahagiaan (halaman 25). * (Yohanes Sehandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar