Judul
|
:
|
Kepada Pedang dan Nyala Api: Antologi Puisi Pesan Perdamaian
dari Bumi Flobamora, Seri 2
|
Editor
|
:
|
Julia Daniel Kotan
|
Penerbit
|
:
|
Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT Kerja Sama dengan
Penerbit Kosa Kata Kita (KKK) Jakarta
|
Tahun Cetak
|
:
|
2020
|
Halaman
|
:
|
333
|
ISBN
|
:
|
|
Harga
|
:
|
Rp.
|
Status
|
|
Kosong
|
Buku antologi puisi "Kepada Pedang
dan Nyala Api" (2020) ini merupakan kelanjutan dari antologi puisi perdamaian dari Bumi Flobamora, Seri 1,
yang berjudul "Bulan Peredam Prahara" (2018). Kedua buku antologi
puisi perdamaian ini berisi semacam "seruan" atau
"seruling" perdamain dari para penyair Flobamora (NTT) kepada Ibu
Pertiwi (Indonesia) dalam tahun politik 2018-2019. Sama halnya dengan Seri 1,
Seri 2 ini juga didominasi oleh puisi-puisi perdamaian.
Dalam buku ini terhimpun 217 puisi perdamaian karya 74 penyair
NTT. Ada penyair yang sudah dikenal luas di tingkat nasional dan regional NTT.
Ada yang dikenal di tingkat regional. Ada pula yang baru muncul ke permukaan,
belum banyak dikenal. Tentu saja nama-nama penyair yang lolos dan masuk dalam
buku ini bukan berdasarkan pertimbangan nama penyair, tetapi pertimbangan pada
mutu puisi yang ada. Itulah dasar pertimbangan tiga kurator yang menyeleksi
puisi-puisi yang masuk buku ini.
Sejumlah nama penyair NTT yang tampil
dalam buku ini, antara lain (untuk sebut beberapa, seturut abjad) Agust Dapa
Loka, Agust G. Thuru, Alfred G. Jogo Ena, Beni Wego, Bruno Dasion, Deodatus D.
Parera, Elvira Hamapati, Fian N., Fian Watu, Frid da Costa, Hardy Sungkang, Ian
CK, Ignas Kaha, Ivan Nestorman, John Tubani, John Tanouf, Lidia Tokan, Mario
Bojano Sogen, Mario D. Kali, Marsel Robot, Mezra E. Pellondou, Milla Lolong,
Nikolaus Loy, Nikolaus Tolentino Kengko, Paulus Heri Hala, Petrus Nandi,
Paskalis Bataona, Robert Fahik, Tonce Lebuan, Veran Making, Wilhelmus Berybe,
Yandris Tolan, Yoseph Yapi Taum, Yoseph Yoneta Motong Wuwur, dan lain-lain.
Kalau dicermati, mutu puisi yang termuat
dalam buku ini bervariasi, ada yang bagus, ada yang belum, ada yang sudah
matang, ada yang belum. Rasanya wajarlah untuk aebuah buku antologi yang berisi
puisi dari berbagai kalangan yang luas. Memang tidak bisa mengharapkan agar
semua puisi yang dimuat dalam satu buku antologi harus bermutu semuanya. Itulah
resiko sebuah antologi.
Berikut dikutip salah satu contoh puisi
dalam buku ini karya penyair muda NTT bernama Elvira Hamapati, berjudul
"Nusaku Bercerita" (halaman 80):
Nusaku
Bercerita
Tanah ini
adalah hadiah
Maha Kuasa
Aneka raga dan rasa merangkai
Kisah dan kasih
Nusaku bercerita
Kedamaian akan
Kutawarkan
Jika hatimu
Tak tawar oleh kebencian. * (Yohanes Sehandi)
Maha Kuasa
Aneka raga dan rasa merangkai
Kisah dan kasih
Nusaku bercerita
Kedamaian akan
Kutawarkan
Jika hatimu
Tak tawar oleh kebencian. * (Yohanes Sehandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar