Judul
|
:
|
Jejak Berlawan dari Bumi Lorosa’e
|
Penerbit
|
:
|
Historia: Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia
|
Tanggal Cetak
|
:
|
Nomor 34 Tahun III 2016
|
Halaman
|
:
|
100
|
ISSN
|
:
|
2252-4681
|
Harga
|
:
|
Rp.50.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Taksi kuning yang membawa saya dari Bandara Internasional Nicolau Lobato
menuju Timor Hotel di Kota Dili, Timor Leste, melaju santai. Sepanjang jalan,
beberapa took atau restoran masih menggunakan papan nama berbahasa Indonesia.
Pengemudi taksi juga fasih berbicara bahasa Indonesia. Obrolan kami
mengalir ke mana-mana. Mulai dari Basuki Thajaja Purnama atau Ahok dan Pilkada
DKI hingga kasus kematian MIrna Salihin yang santer dibicarakan di sana.
Kendati Tetun dan Portugis merupakan bahasa resmi, bahasa Indonesia tetap
digunakan. Saluran stasiun televise swasta Indonesia juga masih menjadi
primadona, sehingga orang-orang Timor Leste, akrab dengan sinetron atau
lagu-lagu pop berbahasa Indoensia.
“sekarang yang lagi rame di
sini dangdut D’Academy di Indosiar. Timor Leste kirim wakil ke sana,” Kata
Ruben Gusmão, teman saya.
Saya mengunjungi Dili untuk menghadiri sebuah konferensi pariwisata
internasional, Oktober lalu. Acara digelar di Centro de Convenções de Dili
(CCD), yang dulu merupakan Mercado Municipal Dili (Pasar Kota Dili). Fasad bangunan
yang bergaya Portugis masih dipertahankan seperti aslinya, lengkap dengan
tulisan “Mercado Municipal Dili”. Di bagian dalam, langit-langitnya masih
beratapkan jerami.
Selama kunjungan ini saya tak menyia-yiakan waktu untuk menjelajah kota
Dili sekaligus menjejaki sejarah perlawanan rakyat Timor-Leste untuk meraih
kemerdekaan.
Liputan Utama: MURBA Partai Terakhir Tan Malaka
Liputan Utama: MURBA Partai Terakhir Tan Malaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar