Judul |
: |
Leksikografi Uab Meto Dialek Amanatun Selatan |
Penulis |
: |
Margarita D. I. Ottu |
Penerbit |
: |
Adab |
Tahun Cetak |
: |
|
Halaman |
: |
137 |
ISBN |
: |
978-623-56871-8-6 |
Harga |
: |
Rp. 95.000 |
Status |
: |
Ada |
Uab Meto Dialek Amanatun Selatan
Memiliki Bahasa Formal Maupun Non Formal Yang Seringkali Digunakan Dalam
Komunikasi Sehari-Hari. Penggunaan Bahasa Formal Lebih Sering Digunakan Hanya
Pada Situasi Tertentu Atau Tergantung Konteks Yang Dihadapi. Masyarakat Dawan
(Atoin Meto) Adalah Pengguna Uab Meto Menunjukkan Kesantunan Dalam Bertindak
Tutur Dengan Membudayakan Penggunaan Bahasa Formal Dalam Komunikasi.
Uab Meto Merupakan Bahasa Pertama Atau Bahasa Ibu
Bagi Orang Dawan (Atoin Meto). Penutur Bahasa Dawan Dikenal Sebagai Suku Dawan
Atau Atoin Meto Yang Berarti Orang Dari Tanah Kering. Seiring Dengan
Perkembangan Arus Globalisasi Dan Pendidikan Yang Semakin Maju Maka Orang Dawan
(Atoin Meto) Lebih Mengadopsi Dan Menggunakan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa
Ibu. Pernyataan Tersebut Dapat Ditemui Di Kalangan Generasi Muda Dalam
Komunikasi Sehari-Hari Yang Jarang Menggunakan Uab Meto) Dalam Bentuk Formal
Dan Bentuk Kiasan, Maka Akan Sangat Mungkin Bahwa Bahasa Dawan (Uab Meto) Akan
Semakin Memudar Bahkan Akan Punah. Kondisi Seperti Ini Perlu Diwaspadai Agar
Tidak Berakibat Pada Matinya Bahasa Tersebut.
Uraian Tersebut Didasarkan Pada Asumsi Bahwa Uab
Meto Dialek Amanatun Selatan Memiliki Kosa Kata Yang Digunakan Pada Situasi
Formal Dan Non Formal.
Bahasa Adalah Jati Diri Penuturnya. Uab Meto Adalah Warisan Budaya Atoin Meto Yang Berperan Sebagai Sarana Komunikasi Di Era Revolusi Industri Mencerminkan Jati Diri Penuturnya, Karena Itu Lindungi Dan Lestarikan Uab Meto Dari Fenomena Disrupsi Budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar