Senin, 26 September 2016

Keliling Indonesia, dari Era Bung Karno sampai SBY, Catatan Perjalanan Wartawan Nekat

Judul
:
Keliling Indonesia, dari Era Bung Karno sampai SBY, Catatan Perjalanan Wartawan Nekat
Penulis
:
Gerson Poyk
Penerbit
:
Libri
Tahun Cetak
:
2010
Halaman
:
308
ISBN
:
978-979-687-786-7
Harga
:
Rp. 80.000
Status
:
Ada

Benarkah Bung Karno memiliki “keluarga gelap” dari Rote? Rasa-rasanya mustahil, kecuali kalau kabar ini muncul akibat muslihat cerdik seorang jurnalis yang dijuluki “Gelap Poyk”. Seorang guru yang membelot menjadi wartawan sekaligus penulis nyeniman, ia juga memiliki sederet “profesi” sampingan lainnya seperti tukang tilep berita, asisten mantra cacar, tentara gadungan, dan pelancong bermodal dengkul. Petualangan nekat itu membawanya ke seantero Indonesia, yang ditelusurinya hingga pojok-pojok tergelap dan terjoroknya. Dan semua itu dilakoninya demi menghasilkan tulisan yang membuatnya sempat “didewakan” di bumi Parahiyangan dan diangkat anak oleh seorang gubernur sekaligus nyaris dibacok di jalur Trans-Sumatra.

Sebuah laporan penjelajahan negeri dengan bahasa yang ringan dan nakal tetapi berbobot dan penuh makna, buku ini dapat menjadi saksi pertumbuhan dan perkembangan beberapa bagian dari negeri ini dari zaman Sukarno sampai SBY.

Inilah catatan perjalanan seorang jurnalis petualang kawakan-yang juga sastrawan- yang dapat dijadikan renungan dan perbandingan: bagaimana Indonesia dulu dan bagaimana Indonesia beberapa dasawarsa sesudahnya.


Minggu, 25 September 2016

Penatua, Jabatan dan Pekerjaannya

Judul
:
Penatua, Jabatan dan Pekerjaannya
Penulis
:
Dr. J. L. Ch. Abineno
Penerbit
:
BPK Gunung Mulia
Tahun Cetak
:

Halaman
:

ISBN
:
978-979-415-673-5
Harga
:
Rp. 40.000
Status
:
Ada

Hampir semua gereja di Indonesia mengenal “penatua” dan “jabatan penatua”. Banyak anggota jemaat tidak dapat membayangkan bahwa ada jemaat yang tidak mempunyai penatua. Selain pendeta, penatua dianggap sebagai jabatan yang penting dan terhormat di dalam gereja.

Buku yang ditulis oleh Dr. J. L. Ch. Abineno ini terdiri dari lima bab yang menolong pembaca mengenal lebih dalam seputar “penatua” dan jabatan penatua”, termasuk tentang tugas dan tanggung jawab penatua dalam pelayanan gereja.

Dr. J. L. Ch. Abineno dilahirkan di Baun, Timor, pada tahun 1917. Setelah tamat dari STT Jakarta, beliau melanjutkan studi dan kemudian meraih gelar doctor di Fakultas Teologia Rijksuniversiteit di Utrecht, Belanda. Beliau pernah menjadi Ketua Sinode GMIT dan matan Ketua Umum DGI (sekarang PGI) tahun 1964-1980. Beliau adalah penulis yang produktif dan menulis banyak buku seputar bidang teologia.

Sabtu, 24 September 2016

Mencintai Perbedaan, Renungan Lintas Iman Pluralisme dan Kerukunan

Judul
:
Mencintai Perbedaan, Renungan Lintas Iman Pluralisme dan Kerukunan
Penyunting
:
P. Dr. Bertolomeus Bolong, OCD & Pdt. Dr. Fredrik Y. A. Doeka
Penerbit
:
Bonet Pinggupir
Tahun Cetak
:
2013
Halaman
:
128
ISBN
:
978-602-99955-3-4
Harga
:
Rp. 40.000
Status
:
Ada

Pada 9 Juni 2012, ada 30 “anak-anak Abraham” bertemu di Kupang. Mereka terdiri dari 25 orang dari Kristen (Katolik dan Protestan) dan 5 orang berasal dari Islam. Pertemuan yang dikemas dalam Lokakarya Nasional, membahas tiga isu krusial, yaitu Kerukunan dan Pluralisme, HIV/AIDS dan Human Traficking. Masing-masing peserta berbicara, berdiskusi dan bersosialisasi dalam suasana yang sangat akrab. Pada akhirnya masing-masing merumuskan renungan mereka yang didasarkan pada tiga isu tersebut. Tampak konstruksi masing-masing renungan dibangun di atas sebuah dasar bersama (a common ground), yaitu “Kasih kepada Tuhan Allah dan kasih kepada sesama”.

Buku “Mencintai Perbedaan” merupakan hasil renungan para peserta  mengenai persoalan kerukunan dan pluralism di Indonesia. Kerukunan sebenarnya merupakan seni pengelolaan atas kemajemukan berbagai hal, terutama agama, yang hadir di dalam kehidupan manusia. Konfigurasi pemahaman kerukunan semacam ini mengemuka dari awal hingga akhir buku ini. Dengan bahasa teologis, filosofis dan sederhana, masing-masing penulis mengemukakan betapa pentingnya melihat perbedaan sebagai kekuatan, bukan kelemahan, yang bisa menciptakan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan wawasan keyakinan dan nilai-nilai hidup tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan, melainkan bagaimana hal-hal itu ditata dan diarahkan untuk meraih kebahagiaan hidup di habitus yang sama. Inilah benang merah yang dapat ditarik dari pemikiran-pemikiran yang terurai dari buku ini.

Jumat, 23 September 2016

Robohnya Martabat Kemanusiaan, Renungan Lintas Iman Human Trafficking

Judul
:
Robohnya Martabat Kemanusiaan, Renungan Lintas Iman Human Trafficking
Penyunting
:
P. Dr. Bertolomeus Bolong, OCD & Pdt. Dr. Fredrik Y. A. Doeka
Penerbit
:
Bonet Pinggupir
Tahun Cetak
:
2013
Halaman
:
98
ISBN
:
978-602-99955-4-1
Harga
:
Rp. 40.000
Status
:
Ada

Pada 9 Juni 2012, ada 30 “anak-anak Abraham” bertemu di Kupang. Mereka terdiri dari 25 orang dari Kristen (Katolik dan Protestan) dan 5 orang berasal dari Islam. Pertemuan yang dikemas dalam Lokakarya Nasional, membahas tiga isu krusial, yaitu Kerukunan dan Pluralisme, HIV/AIDS dan Human Traficking. Masing-masing peserta berbicara, berdiskusi dan bersosialisasi dalam suasana yang sangat akrab. Pada akhirnya masing-masing merumuskan renungan mereka yang didasarkan pada tiga isu tersebut. Tampak konstruksi masing-masing renungan dibangun di atas sebuah dasar bersama (a common ground), yaitu “Kasih kepada Tuhan Allah dan kasih kepada sesama”.

Buku “Robohnya Martabat Kemanusiaan” merupakan hasil renungan para peserta  mengenai persoalan Human Trafficking di Indonesia. Human Trafficking (perdagangan manusia) sebenarnya bukanlah sekedar persoalan “perut”, melainkan persoalan martabat kemanusiaan. Konfigurasi persoalan ini mengemuka dari awal hingga akhir buku ini. Dengan bahasan teologis, filosofis dan praktis, masing-masing penulis mengakui betapa pentingnya nilai manusia sehingga ia tidak dapat diperjualbelikan layaknya suatu barang. Tanggung jawab Negara sebagai “ibu”, melalui produk regulasi, yang memberdayakan, bukan memperdayakan warganya, mejadi kebutuhan mendesak, dengan demikian persoalan-persoalan kemanusiaan bisa teratasi.


Kamis, 22 September 2016

Kamus Dwibahasa Lengkap Lamaholot – Indonesia

Judul
:
Kamus Dwibahasa Lengkap Lamaholot – Indonesia, Tata Bahasa Singkat, Kosa Kata Umum, Bentuk Idiom, Antonim, Sinonim
Penulis
:
Felysianus Sanga
Penerbit
:
Airlangga University Press
Tahun Cetak
:
2012
Halaman
:
228
ISBN
:
979-8990-76-5
Harga
:
Rp. 65.000
Status
:
Kosong


Bahasa Lamaholot adalah salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat di Pulau Flores bagian Timur dan Kepulauan Solor (pulau Adonara, Lembata, dan pulau Solor). Bahasa ini terhitung terbesar ketiga di wilayah Nusa Tenggara Timur setelah Bahasa Dawan dam Bahasa Manggarai.

Rabu, 21 September 2016

Sosialogi Sastra

Judul
:
Sosialogi Sastra
Penulis
:
Theodorus Uheng Koban Uer
Penerbit
:
Nusa Indah
Tahun Cetak
:
2013
Halaman
:
141
ISBN
:
979-429-333-4
Harga
:
Rp. 45.000
Status
:
Ada

Sosialogi Sastra atau Sosio-kritik adalah ilmu sastra yang membahas tentang hubungan interelasional antara fenomena kehidupan masyarakat dan cipta sastra sebagai kreativitas pengarang. Sebagai kritik sosial, Sosialogi Sastra memfokuskan perhatiannya pada masyarakat, baik masyarakat fiksional maupun masyarakat factual. Jadi, Sosialogi Sastra ingin menjenguk lebih mendalam mengenai keinginan dan sikap pengarang terhadap lingkungan masyarakat, khususnya masyarakat yang mengalami stagnasi atau yang dimarginalisasikan. Sastrawan terus-menerus mencari sehingga sering timbul keresahan, kegelisahan dan kecemasan hatinya terhadap hal-hal baik yang bersifat internal maupun eksternal. Bahasa yang digunakan pengarang bersifat figurative, konotatif, dan metaforis yang menimbulkan multitafsir sehingga sering terjadi ketegangan antara pengarang sebagai pencipta dan masyarakat sebagai penikmat karya sastra.

Sosialogi Sastra yang sedang dikembangkan di Indonesia member perhatian terhadap kebutuhan masyarakat untuk saling berelasi dan berinteraksi di antara masyarakat yang pluaris agar terwujud suatu masyarakat yang ideal, yakni saling mencintai dan dicintai, menghargai dan dihargai, melibatkan dan dilibatkan serta membebaskan dan dibebaskan sesuai ideology Negara Pancasila dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

Selasa, 20 September 2016

Swarna Alor

Judul
:
Swarna Alor, Impian di Langit Timur
Penulis
:
Dyah Prameswarie
Penerbit
:
Metamind
Tahun Cetak
:
2015
Halaman
:
278
ISBN
:
978-602-72097-9-4
Harga
:
Rp. 70.000
Status
:
Ada

Pada akhirnya, hanya perjalanan panjang yang bisa memahamkan di posisi mana arti hadir kita, apakah sekadar remah atau senyata emas.

Kenyataan terkadang tidak sesuai dengan harapan. Alor yang konon dijuluki surga dunia ternyata tidak berhasil mengesankan hati Lilo dan Mbarepdua remaja penuh mimpi yang terpilih sebagai peserta magang majalah Cantik. Hal tersebut dikarenakan program magang yang mereka jalani serasa tidak sesuai dengan ekspektasi, seperti berburu teripang dengan Mama Sariat, sang penenun kain Alor, menemani fotomodel professional berfoto, dan hal-hal sepele yang lain. Lilo dan Mbarep ingin sesuatu yang lebih dari itu, sesuatu yang benar-benar mendekatkan mereka dengan impian dan mengasah keterampilan mereka sebagai desainer muda dan foto model handal.

Dengan hati kecewa dan semangat yang menggebu-gebu, Lilo dan Mbarep nekat melakukan tindakan bodoh sebagai bentuk protes. Namun sayang, hal tersebut malah memperkeruh keadaan. Yang lebih parah lagi, keberlangsungan hidup keluarga Mama Sariat dan masyarakat Alor malah menjadi terancam. Dikejar oleh sempitnya waktu dan rasa bersalah, Lilo dan Mbarep berusaha memperbaiki apa yang telah mereka lakukan. Meskipun perjuangan tidak semudah membalikkan telapak tangan dan berpotensi menjauhkan impian mereka, ada pelajaran berharga di dalamnya. Hal itulah yang menjadi bagian penting dalam proses penemuan jati diri mereka.

Senin, 19 September 2016

The History of Nusak In Roti Island

Judul
:
The History of Nusak In Roti Island
Penulis
:
Melki O. Lalay, Yusuf H.A Adoe & Leksi S.Y Ingguoe
Penerbit
:
CV. Lontar JS
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
148
ISBN
:
978-602-74168-0-2
Harga
:
Rp. 50.000
Status
:
Kosong

Pulau Rote sejak awalnya telah mengenal pembagian masyarakat yang dapat disejajarkan dengan system pembagian kasta dalam kehidupan masyarakat Hindu-Budha di India. Pengelompokan masyarakat di Pulau Rote diartikan sebagai kategorisasi sosial yang diidentikkan dengan sistem pemerintahan sebuah kerajaan yang menurut orang Rote disebut nusak. Dalam hal ini nusak diangggap sebagai struktur pemerintahan asli orang Rote yang paling tinggi.

Pada tahun 1620, Portugis masuk ke Pulau Rote, kemudian diikuti oleh Belanda tahun 1650. Pada tahun 1653, Belanda membentuk sistem kerajaan berdasarkan nusak dengan tujuan untuk memecah-belah masyarakat Rote agar dapat menguasai pulau itu.

Dalam menjalin kerjasama di Rote, Belanda diwakili oleh VOC menandatangani kontrak kerja sama antara raja-raja di Rote untuk mendukung kolonialisme Belanda di pulai ini, maka setiap raja harus menandatangani kontrak dengan Belanda.. dalam hal ini untuk menjadi sebuah wewenang yang mutlak dalam menjalankan visi Belanda di Rote maka setiap daerah yang mempunyai penguasa sendiri harus diakui oleh Belanda agar memudahkan teken kerjasama Belanda. Oleh karena itu, Belanda secara bertahap dapat mengakui daerah-daerah di Rote sebagai sebuah nusak ‘kerajaan’.

Minggu, 18 September 2016

Anak-Anak Tim-Tim di Indonesia

Judul
:
Anak-Anak Tim-Tim di Indonesia, Sebuah Cermin Masa Kelam
Penulis
:
Helena van Klinken
Penerbit
:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Cetak
:
2014
Halaman
:
354
ISBN
:
978-979-91-0606-3
Harga
:
Rp. 70.000
Status
:
Ada

Buku ini menyajikan kisah ribuan anak-anak Timor Timur yang dipindahkan ke Indonesia antara tahun 1975 dan 1999. Banyak yang telah ditulis mengenai penderitaan rakyat kami selama masa perang dan konflik –ketersingkiran, kelaparan, penahanan, penyiksaan, pemerkosaan, penghilangan, pembunuhan. Tetapi kisah pemindahan anak-anak yang rentan keluar Timor Timur ini nyaris tidak diketahui. Anak-anak dibesarkan dan disekolahkan di Indonesia, dan banyak di antara mereka kehilangan kebudayaan Timor Timur mereka dan kadang-kadang bahkan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang tua dan keluarga mereka sendiri. Banyak yang sekarang tinggal dan bekerja di Indonesia dan memiliki keluarga sendiri di sana. Orang-orang yang mengambil mereka banyak yang melakukannya karena niat yang baik, tetapi sikap paternalistis mereka, termasuk banyak mengambil banyak anak-anak berlawanan dengan keinginan orang tua dan keluarga mereka, yang berarti sangat sedikitnya pengertian mengenai penderitaan pribadi dan kesakitan yang ditimbulkan oleh perpisahan tersebut.

Buku ini menguraikan dan menganalisis pemindahan anak-anak keluar Timor Timur dan membantu kita memahami dengan lebih baik mengapa hal ini terjadi. Kisah-kisah yang disampaikan di sini mewakili pengalaman banyak anak-anak dan orang tua Timor Leste, dan buku ini membantu menarik perhatian publik pada kisah-kisah mereka. (Kirsty Sword Gusmão)

Sabtu, 17 September 2016

Memahami Surat Dakwaan

Judul
:
Memahami Surat Dakwaan
Penulis
:
Paul SinlaEloE
Penerbit
:
Perkumpulan Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR NTT)
Tahun Cetak
:
2015
Halaman
:
74
ISBN
:
978-602-71120-3-2
Harga
:
Rp. 35.000
Status
:
Kosong

Surat dakwaan merupakan salah satu dokumen penting dan penentu dalam proses penegakan hukum kasus pidana. Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa dalam kedudukannya sebagai Penuntut Umum, menjadi dasar pemeriksaan perkara dalam persidangan di pengadilan. Hakim (Majelis Hakim) dalam hal putusan pemidanaan suatu perkara pun, haruslah didasarkan pada surat dakwaan.

Terbitnya buku "Memahami Surat Dakwaan" ini, dilatar belakangi oleh keprihatinan Perkumpulan Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR NTT) terhadap: Pertama, rendahnya pemahaman masyarakat adat, kaum miskin, kelompok perempuan korban kekerasan, dan kelompok marginal lainnya tentang surat dakwaan. Kedua, Penuntut Umum secara sengaja maupun tidak sengaja, seringkali membuat surat dakwaan yang tidak sempurna.

Secara substansial, buku Memahami Surat Dakwaan ini menjelaskan materi tentang arti pentingnya surat dakwaan dalam proses penegakan hukum suatu kasus pidana, sekaligus menguraikan seluk-beluk surat dakwaan dan bagaimana mengkritisinya.

Buku ini didesain secara praktis untuk mengisi ruang kosong dari pemahaman para pihak tentang surat dakwaan. Buku ini diharapkan dapat menjadi bacaan alternatif yang bermanfaat bagi setiap individu yang ingin memahami tentang surat dakwaan.

Jumat, 16 September 2016

Surat-Surat dari Kapan

Judul
:
Surat-Surat dari Kapan, Benih Cinta Kasih Allah dalam Budaya Atoni
Penulis
:
Ds. Krayer van Aalst
Penerjemah
:
Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo
Penerbit
:
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana
Tahun Cetak
:
2016
Halaman
:
770
ISBN
:
978-602-9182-36-1
Harga
:
Rp. 250.000
Status
:
Kosong

Pada awalnya, Krayer memang hanya ditugaskan untuk melayani orang-orang kulit putih (kaesmuti), namun nurani mendorongnya untuk mengajak warga pribumi untuk ‘masuk gereja’. Dengan metode pendekatannya yang khas, maka warga pribumi Kapan berbondong-bondong mengikutinya. Sehingga orang-orang Kapan menyakini bahwa Krayer datang bukan hanya untuk kaesmuti, tapi juga untuk atoni.

Pengabdian Krayer kepada rakyat Timor seperti digambarkan dalam buku ini memberikan teladan bagaimana seharusnya seorang pimpinan yang memberdayakan. Untuk bisa membawa orang Timor ke kemajuan diperlukan langkah tepat seperti yang dilakukan Karyer, yaitu memperlakukan orang Timor sebagai manusia dan mengenali isi hati mereka. Membawa buku ini, bukan hanya pengetahuan mengenai penyebaran agama yang bisa di dapatkan, namun juga gambaran tentang budaya, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat sebuah suku di bagian timur Indonesia. (Daniel Pola Moto Dimu Tagu Dedo)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...