Judul
|
:
|
Tuhan tak
Berdagang: Perdagangan Orang, Trauma dan Teologi di Nusa Tenggara Timur
|
Editor
|
:
|
Karen
Campbell-Nelson
|
Penerbit
|
:
|
PT. BPK Gunung
Mulia
|
Tahun Cetak
|
:
|
2020
|
Halaman
|
:
|
245
|
ISBN
|
:
|
978-602-231-708-1
|
Harga
|
:
|
RP. 65.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Human trafficking atau perdagangan manusia masih menjadi masalah besar
yang harus segera ditangani pemerintah dan harus diperhatikan secara serius
oleh gereja setempat. Betapa memperihatinkan, jumlah korban Pekerja Migran
Indonesia (PMI) meninggal dunia yang dikirim pulang ke Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) selama periode 2014-Agustus 2019 melalui kargo Bandara El Tari
Kupang tercatat 354 orang. Jumlah ini adalah jumlah yang berhasil dipulangkan
ke Indonesia; tak terhitung yang tak dapat dikirim pulang. Belum termasuk pula
yang pulang dalam keadaan sakit, cacat, dan trauma akibat berbagai jenis
kekerasan yang mereka terima selama bekerja di luar negeri.
Sangat miris membaca kisah-kisah pengalaman tragis dan traumatis para
pekerja migrant NTT yang dimuat dalam buku ini. Kebanyakan adalah remaja putrid
atau perempuan dewasa, entah lajang atau sudah menikah. Demi mengejar mimpi
indah menjadi orang sukses dan cita-cita mulia ingin membantu ekonomi keluarga,
mereka yang rata-rata putus sekolah atau berpendidikan rendah itu meninggalkan
kampong halaman dan menjadi pekerja di luar daerah atau luar negeri-mayoritas
di Malaysia. Alih-alih berhasil mewujudkan mimpi, mereka hanya dijadikan sapi
perah oleh majikan dan agen. Tenaga mereka benar-benar dikuras habis dan tak
jarang disertai pelecehan dan kekerasan fisik, sementara gaji mereka ditahan
atau dipotong, bahkan ada yang tak pernah menerima gaji sama sekali selama
bekerja.
Derita Mama Lali yang gajinya dihabiskan suami di kampong; Maria yang
ditipu oleh perekrut lapangan (PL, saudara ayahnya sendiri; Lot yang ditipu
perusahaan PMI dan ‘dikerjai’ rekanya hingga mengalami gangguan kejiwaan; Eta,
Dina,dan Ema yang diperbudak diperusahaan sarang burung wallet hingga dua rekan
mereka – Marini dan Rini – tewas; Rani yang diperkosa oleh adik majikan hingga
hamil lalu anaknya diadopsi paksa oleh sepupunya; Nona yang dipulangkan dalam
peti mati dengan kondisi mencurigakan; Ria yang diperlakukan tidak manusiawi di
Balai Latihan Kerja; Maria yang harus diamputasi akibat tersengat listrik di
tempat majikan; Nori yang dijual oleh kakak angkatnya menjadi pekerja seks; May
dan Marieta yang disiksa majikan hingga berdarah-darah, dan kisah-kisah pilu
lainnya, ditampilkan oleh 12 penulis yang rata-rata adalah pendeta, dosen,
pengerja desa, dan aktivis jaringan/komunitas anti perdagangan manusia,
khusunya di NTT. Derita mereka menyisakan pertanyaan: apa yang bisa kita perbuat bagi mereka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar