Judul
|
:
|
Frans Seda Merawat Indonesia di
Saat Krisis
|
Penulis
|
:
|
Mikhael Dua
|
Penerbit
|
:
|
Obor
|
Bahasa
|
:
|
Indonesia & Belanda
|
Tahun Cetak
|
:
|
2012
|
Halaman
|
:
|
169
|
ISBN
|
:
|
978-979-565-639-5
|
Harga
|
:
|
Rp. 70.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Tanpa keadilan setiap orang yang
memiliki kekuasaan sulit untuk membedakan antara recht (hukum), wet
(peraturan, dan macht (kekuasaan).
Frans Seda berargumentasi, “Dari pengalaman saya sebagai menteri, seorang yang
sedang berkuasa mudah sekali terbawa oleh kekuasaan (unjuk kuasa), oleh
prestise intrik-intrik sehingga dalam mengadakan pengaturan-pengaturan tidak
secara murni lagi melihat mana yang merupakan kepentingan umum, mana yang
pribadi, mana yang menjadi hak umum, hak orang dan haknya. Kabur pula rasa
adil. Keadilan dan recht pun terkubur.”
“Pengenalan dengan Pak Frans Seda
diperoleh dari ceramahnya yang selalu segar dan menggerakkan hati, prestasi dan
perannya yang mengagumkan, keluwesan dan kecerdikannya yang menonjol. Kebijaksanaannya
yang unggul, dan semangatnya yang tidak pernah kendor. Melihat perawakan
badannya, warna kulitnya, dan sejumlah sifat-sifatnya di atas, saya menyebutnya
sebagai Kresna dari Tanah Flores.” (R. Djokopranoto)
“Frans Seda pernah pegang beberapa
kementerian yang gemuk, tetapi saya tidak pernah dengar tentang ketidakberesan
dalam mengelola dana besar itu.” (Emil Salim, mantan Menteri Perhubungan dan
Menteri Lingkungan Hidup)
“Frans Seda, seorang politisi yang
dengan terus-terang mengidentifikasikan seluruh kegiatan politiknya sebagai
seorang Katolik di Indonesia dengan seluruh kepercayaan dirinya, tanpa merasa
sebagai seorang minoritas.” (Dhaniel Dhakidae)
“Orang ini adalah seorang Katolik
yang setelah mendengar Khotbah di Bukit langsung tanpa ragu-ragu
melaksanakannya di dalam politik, bisnis dan hubungan antara agama.” (Frans
Magnis-Suseno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar