Judul
|
:
|
Etika dan Moralitas dalam Budaya
Sumba
|
Penulis
|
:
|
Nggodu Tunggul
|
Editor
|
:
|
Umbu Tamu Kalaway (Ketua Tim)
|
Penerbit
|
:
|
Pro Millenio Center & Bappeda
Pemkab Sumba Timur
|
Tahun Cetak
|
:
|
2003
|
Halaman
|
:
|
157
|
ISBN
|
:
|
979-98581-0-0
|
Harga
|
:
|
Rp. 75.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Di tengah maraknya karya-karya ilmiah populer dan fiksi
dalam dunia media cetak yang hingar-bingar dengan nuansa global dewasa ini,
kehadiran sebuah ketekunan dan keberanian melahirkan kembali sosok warisan
budaya daerah lisan/tutur dalam aksara dan bahasa Indonesia, yang sarat dengan
kompleksitas makna tetapi terasa telah tertinggal jauh dari perkembangan dunia
yang semakin praktis, adalah kepedualian yang
langkah akan hal ‘menjadi’ (state
of being) bagi eksistensi budaya tersebut. Penyusunan Etika dan Moralitas
dalam Budaya Sumba (baca: Sumba Timur) bukanlah kelatahan dan kebangkitan
optimisme kekuatan ras, etnik dan agama (bahkan fundamentalisme) sejak
menjelang berakhirnya abad ke 20, namun lebih merupakan manifestasi tanggung
jawab moral untuk mengabadikan sebagian dari identitas manusia Sumba Timur dan
menyampaikan kepada dunia, lintas waktu dan ruang, bahkan batas-batas budaya
itu sendiri.
Memahami etika dan moralitas Sumba memang tak mungkin
lepas dari masalah budaya dan dimensi kesejarahan, yang erat dengan hubungan
antara jagad imanen dan transenden. Manusia adalah mahluk historis dan kultural
yang mempunyai pengetahuan. Sebagai mahluk historis, manusia bereksistensi
dengan “menyejarahkan” dirinya. Sebagai mahluk budaya manusia berkehendak untuk
selalu ‘mengenal dirinya sendiri’. Dengan demikian maka praktek kultural dari
masa ke masa tak pernah tercerabut dari identitas diri dalam bingkai budaya,
atau dari bagaimana cara manusia memaknai diri fan budayanya.
Budaya sumba yang eksis di tengah keberagaman budaya
suku-suku bangsa di Indonesia, memiliki dasar-dasar konsep dan sistem nilai
yang pasti, yang mendasari setiap perikehidupan sosial kemasyarakatan, dengan
tanpa pernah terlepas dari kehendak akan harmoni dan keseimbangan dalam
kehidupan. Keseimbangan selalu diupayakan
bukan hanya antara kehidupan di alam fana dan di alam baka, tetapi juga
antara makro kosmos dan miklro kosmos. Maka menjadi wajar bila etika dan moralitas orang Sumba penuh dengan
kompleks tata aturan, baik sosial maupun ritual yang terasa lebih menyudutkan
manusia pada determinisme dan statis, ketimbang yang dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar