Judul
|
:
|
Hari-Hari Terakhir Timor Timur,
Sebuah Kesaksian
|
Penulis
|
:
|
Zacky Anwar Makarim, Glenny
Kairupan, Andreas Sugiyanto dan Ibnu Fatah
|
Penerbit
|
:
|
PT. Sportif Media Informasindo
|
Tahun Cetak
|
:
|
2003
|
Halaman
|
:
|
463
|
ISBN
|
:
|
979-97629-0-1
|
Harga
|
:
|
Rp. 150.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
“UNAMET berlaku tidak adil selama
penentuan pendapat berlangsung, mereka seharusnya sebagai penyelenggara tetapi
akhirnya ikut bermain.” (Prof DR. Sujana Sapi’ie, Ketua Forum Rektor Indonesia
– Observer Jejak Pendapat Timtim, Kompas 14 September 1999).
“kalau pada pemilu-pemilu lalu di
Indonesia kecurangan-kecurangan dikonstatir oleh para konstestan pemilu, maka
pada penentuan pendapat di Timtim kemarin, kecurangan-kecurangan ini justru
dilakukan oleh penyelenggara penentuan pendapat. Dalam hal ini oknum-oknum
petugas dari UNAMET termasuk dalam hal ini petugas-petugas lokal yang
kesemuanya itu jelas dan gambalng merupakan pihak-pihak Pro-Kemerdekaan.
Tindakan UNAMET yang hanya menerima staff lokal warga Pro-Kemerdekaan, tidak membolehkan unsur
Indonesia menjadi pengamat proses penentuan pendapat, serta politik uang yang
dilakukan warga asing telah menimbulkan kecemburuan yang sangat berpotensi
menyulut kerusuhan setelah penentuan pendapat. Tindakan UNAMET itu menimbulkan keresahan dan
kecemburuan sehingga upaya damai semakin jauh. Saya sempat bertemu dengan penduduk
yang menerima sejumlah uang dollar untuk mempengaruhi pilihannya.” (Benyamin
Mangkoedilaga, Hakim Agung, mantan Anggota Komnas HAM dan Komisi Perdamaian
Stabilitas Timtim, Kompas 10 September 1999, 5 Juli 2002).
“Kejahatan sempurna adalah sebuah
kejahatan yang membungkus kepentingan sendiri (politik, ekonomi) dengan topeng
kepentingan internasional (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Kepentingan
internasional atas sebuah teritorial (Timor Timur) dijadikan sebagai komoditas
untuk diperjualbelikan dalam pasar politik dalam negeri. Inilah politik
komodifikasi territorial yang dilakukan oleh rezim John Howard terhadap Timor
Timur (yang dicurigai penuh kecurangan). Kejahatan yang sempurna adalah
kejahatan yang disembunyikan dibalik teror, intimidasi, provokasi, disinformasi
yang sering dengan sangat halus dilakukan oleh suatu negara besar terhadap
sebuah negara berdaulat, atas nama penegakan HAM dan perdamaian.” (Yasraf Amir
Piliang, Dosen Pasca Sarjana ITB dan Pemerhati Masalah Sosial, Kompas 12
Oktober 1999).
Pada tanggal 1 Maret 1999 saya
kebetulan melihat tayangan televisi Amerika CNN, Questions & Answers (Q
& A) Asia yang dikawal wartawan Riz Khan. Dua orang dijadikan narasumber,
Jamsheet Marker, Utusan Pribadi PBB di Timtim, dan James Clad dari Georgetown
University Amerika Serikat. Ketika dipersoalkan bagaimana nanti hasil pemberian
suara rakyat Timtim dalam referendum. Riz Khan mengemukakan keterangan “78
persen memberikan suara ya untuk kemerdekaan: 22 persen menyatakan tidak
(artinya integrasi dengan RI). Beberapa bulan kemudian setelah referendum di
Timtim dan sekjen PBB Kofi Anan di New York mengumumkan hasilnya, maka di layar
CNN saya lihat dia berkata, “78 persen Yes for independence; 22 persen No.
“Saya keget. Kok, angka-angkanya persis sama dengan yang dikemukakan Riz Khan
bulan maret? Apakah ada rekayasa dalam hal ini? Bila ada siapa yang melakukan?
Intel Australia, Amerika, Portugis? Misteri ini akan tetap misteri.” (Rosihan
Anwar, Wartawan Senior, Kompas, 4 Maret 2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar