Judul
|
:
|
Pesona Budaya Sumba
|
Penulis
|
:
|
Retno Handini, I Made Geria & Truman
Simanjuntak
|
Penerbit
|
:
|
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
bekerjasama dengan Gadjah Mada University Press
|
Tahun Cetak
|
:
|
2016
|
Halaman
|
:
|
59
|
ISBN
|
:
|
-
|
Sumber
|
:
|
|
Download
|
:
|
Di Uzbezkistan, ada padang terbuka dan berdebu. Aneh, aku
jadi ingat pada Umbu. Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka. Di
mana matahari membusur api di atas sana. Rinduku pada Sumba adalah rindu
peternak perjaka. Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga. Tanah rumput,
topi rumput dan jerami bekas rumput. Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan
gembala. Berdirilah di pesisir, matahari kan terbit dari laut. Dan angin zat
asam panas dikipas dari sana. Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau
dan sapi malam hari. Beri daku sepucuk gitar, bossa-nova dan tiga ekor kuda. Beri
daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari. Beri daku ranah tanpa
pagar, luas tak terkata, namanya Sumba
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda. Yang turun
menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh. Sementara langit bagai kain tenunan
tangan, gelap coklat tua. Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh. Rinduku
pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda. Yang turun menggemuruh di kaki
bukit-bukit yang jauh.
Puisi berjudul Beri Daku Sumba karya Taufik Ismail yang
mengawali buku sederhana ini menceritakan bagaimana keindahan Sumba. Sumba
memang eksotik, alam dan budayanya merupakan perpaduan keindahan yang selalu
mengundang orang untuk kembali ke Sumba.
Nama Sumba konon berasal
dari kata humba, yang berarti “asli”. Masyarakat Sumba menyebut diri sebagai
Tau Humba, atau penduduk asli yang mendiami Pulau Sumba. Pulau Sumba adalah
sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, dengan luas
keseluruhan sekitar 10.710 km². Daerah Sumba terdiri dari dataran rendah dan dataran
tinggi dengan titik tertinggi ada di puncak Gunung Wanggameti (1.225 m).
Masyarakat Sumba terdiri
dari banyak klan yang dalam istilah lokal disebut kabihu. Kabihu sendiri
merupakan garis kekerabatan berdasarkan garis keturunan ayah (patrilineal). Masyarakat Sumba di masa
lalu terbagi menjadi setidaknya tiga golongan yakni bangsawan (maramba), masyarakat biasa (kabihu) dan golongan budak (ata). Saat ini penggolongan kasta di
Sumba tidak lagi setegas dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar