Judul
|
:
|
Saksi Mata Perjuangan Integrasi
Timor Timur
|
Penulis
|
:
|
Hendro Subroto
|
Penerbit
|
:
|
Pustaka Sinar Harapan
|
Tahun Cetak
|
:
|
1997
|
Halaman
|
:
|
250
|
ISBN
|
:
|
979-416-420-8
|
Harga
|
:
|
Rp. 200.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Di dalam 5 tahun terakhir ini masalah
Timor Timur bermunculan di harian-harian di berbagai negara yang umumnya kurang
menguntungkan bagi Indonesia. Masalah-masalah yang ditonjolkan secara negatif
tersebut menggunakan isu apa saja yang ada saat itu, mulai dari integrasi,
operasi militer, demokrasi, hak azasi sampai masalah eksplorasi “ Timor gap”
bersama Australia tidak lepas dari pantuan.
Sumber isu-isu negatif tersebut di
atas tidak sukar untuk dilacak, karena ternyata negara yang itu-itu saja yang
selalu memulai timbulnya dan selanjutnya mengembangkannya, selanjutnya isu-isu
itu pada saat ini terlalu menjurus kepada aksi-aksi yang dikoordinasikan secara
baik dengan tujuan yang sangat terang untuk dilihat yaitu, meniadakan istilah
integrasi dan menggantikan dengan status yang lain dari status Wilayah Timor
Timur (Timtim) kini, yang tentunya nanti akan memungkinkan oknum-oknum yang
sekarang berdiam di luar negeri yang sebelumnya merupakan pencetus perang
saudara pada bulan Agustus – November 1975, dan kemudian menjadi pelaku gerakan
anti Indonesia untuk kembali ke Dili sebagai “orang-orang terhormat”.
Buku ini menjadi lebih penting lagi
untuk digunakan sebagai sumber pendalaman masalah integrasi, karena generasi ’45
yang berperan saat itu telah diganti oleh generasi berikutnya. Saat-saat proses
seperti itu merupakan saat rawan bagi kegiatan disinformasi terkoordir dari
pihak-pihak yang menolak keberhasilan proses integrasi.
Kita harus tetap ingat kepada cara
indoktrinisasi badan propaganda Jerman Nazi pada tahun-tahun sebelum Perang
Dunia II yang mengatakan, “Kalau tembok yang berwarna putih itu secara terus
menerus disebutkan sebagai merah, maka
lama-lama orang akan mengakui bahwa tembok itu betul berwarna merah.”
Semoga kehadiran buku ini dapat
menjadi sumber yang dapat mencegah timbulnya pendapat rakyat Indonesia yang
berbeda atau bertentangan dengan pendapat saat penerimaan integrasi Timor Timur
dari perwakilan-perwakilan rakyat daerah itu yang resminya terjadi pada tahun
1976.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar