Judul
|
:
|
Kumpulan Puisi Pukeng Moe, Lamalera
|
Penulis
|
:
|
Yoseph Arakiê Ulanaga Bruno Dasion
|
Penerbit
|
:
|
Lamalera
|
Tahun Cetak
|
:
|
2011
|
Halaman
|
:
|
144
|
ISBN
|
:
|
978-979-25-4829-4
|
Harga
|
:
|
Rp. 45.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Kumpulan puisi yang diterbitkan dalam
dua bahasa ini lahir dari sebuah keyakinan atau kredo kepenyairan yang lugas:
sebagai sebuah ritus sakral atau bahkan titian doa memasuki akar spiritualitas kebudayaan
Lamalera. Hal itu memang dibuktikannya. Di dalam Pukeng Moe, Lamalera, penyair
bermadah memuji kearifan leluhur, mendendangkan keriangan anak nelayan,
menghirup aroma cinta dan perjuangan, meratapi keterpurukan nasib, tetapi juga
mendobrak dan melabrak pengkhianatan yang mengusik tanah leluhur. (Yoseph Yapi
Taum, Pengajar pada Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta)
Kumpulan puisi yang ditulis bahasa
Lamaholot (Lamalera) dan Indonesia, bisa menjadi inspirasi ‘perlawanan’ bagi
siapa pun terhadap setiap bentuk pematian atas kekayaan lokal di daerahnya. Tidak
hanya untuk orang Lamalera. Atas nama vitalisasi, revitalisasi dan transformasi
kehidupan, penulis sekurang-kurang telah menunjukkan bagaimana cara memperkuat dan
menghidupi lokalitas. Di tengah arus besar bernama globalisasi, hal memperkuat
lokalitas adalah panggilan. Penulis menunjukkan ini tidak hanya sebagai orang
Lamalera, tetapi terutama sebagai orang yang terpanggil untuk menyelamatkan,
membangkitkan dan mengabadikan nilai-nilai kehidupan yang tampak mulai tergerus
dalam arus perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar