Judul
|
:
|
Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Nusa Tenggara Timur Tahun 2015
|
Penerbit
|
:
|
Pemerintah Provinsi NTT, DKP
Kementerian Pertanian & WFP
|
Tahun Cetak
|
:
|
2015
|
Halaman
|
:
|
174
|
ISBN
|
:
|
-
|
Sumber
|
:
|
|
Download
|
:
|
Pemerintah Indonesia dan Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) telah memprioritaskan penanganan masalah kurang gizi
dan ketahanan pangan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT. Untuk
mendukung pemerintah NTT dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut, Peta Ketahanan
dan Kerentanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2015 (Food Security and
Vulnerability Atlas/FSVA NTT 2015) telah mengidentifikasi kecamatan-kecamatan
yang paling rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi. Peta ini merupakan alat
yang sangat baik untuk memastikan bahwa kebijakan dan sumber daya yang
dikeluarkan dapat memberikan dampak yang maksimal.
FSVA NTT 2015 ini tidak akan mungkin
diselesaikan tanpa kerjasama antara anggota Dewan Ketahanan Pangan NTT, Kelompok Kerja
FSVA, dan staff dari Badan Ketahanan Pangan, Kantor/Dinas lainnya di tingkat
provinsi dan kabupaten. Atlas ini merupakan hasil investasi dari Pemerintah Indonesia
serta bantuan dari Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Pemerintah
Australia.
Sejak Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Provinsi NTT pertama diluncurkan pada tahun 2010, telah terjadi
peningkatan signifikan pada seluruh aspek ketahanan pangan. Tidak ada lagi kecamatan
yang di klasifikasikan sebagai kecamatan sangat rentan terhadap rawan pangan
(atau Prioritas I), dibandingkan 38 kecamatan pada tahun 2010. Tiga dari empat
kecamatan meningkat status ketahanan pangannya sejak tahun 2010. Telah terjadi
peningkatan signifikan pada aspek ketersediaan pangan di tingkat provinsi.
Pendapatan dan angka harapan hidup meningkat. Listrik dan jalan telah
menjangkau wilayah yang lebih luas. Meskipun demikian, resiko untuk
ketahanan pangan masih ada. Walaupun kemiskinan berkurang, tetapi penurunannya
makin melambat dan NTT masih tergolong sebagai salah satu provinsi termiskin di
Indonesia.
Angka malnutrisi kronis dan akut yang
sangat tinggi merupakan salah satu dari tantangan utama. Pada tahun 2013,
laporan resmi Kementerian Kesehatan mengindikasikan bahwa lebih dari separuh (51,73
persen) anak usia di bawah lima tahun (balita) di NTT mengalami stunting -
pendek untuk usia mereka. Angka stunting ini merupakan angka tertinggi di
Indonesia dan jauh di atas angka nasional yang juga tinggi sebesar 37,20
persen. Laporan ini juga mengindikasikan angka wasting atau anak kurus
(malnutrisi akut) mencapai 15,44 persen, dan berada pada situasi sangat buruk menurut
kriteria dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization). Hal ini
mungkin berhubungan dengan akses air bersih dan sanitasi yang rendah, dimana
NTT cukup tertinggal dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
World Food Programme dan Pemerintah
Provinsi NTT telah bekerjasama untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
bagi masyarakat yang paling rentan di NTT selama bertahun-tahun. Dengan menggunakan
data dari atlas ini dan bukti dari program yang dilaksanakan, jelas terlihat
bahwa terjadi kemajuan situasi ketahanan pangan dan gizi masyarakat. WFP berharap
dapat terus bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan untuk mengakhiri
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan memperbaiki gizi selaras dengan tujuan
pemerintah dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan. (Anthea Webb, Perwakilan dan
Direktur United Nations World Food Programme, Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar