Judul
|
:
|
Lontar: Pohon Kehidupan Masyarakat
Rote
|
Penulis
|
:
|
Paul. A. Haning
|
Penerbit
|
:
|
CV. Kairos
|
Tahun Cetak
|
:
|
2009
|
Halaman
|
:
|
86
|
ISBN
|
:
|
978-979-1443-08-1
|
Harga
|
:
|
Rp. -
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Pohon lontar termasuk rumpun (bangsa)
palma. Dalam bahasa Melayu umum, semua palma setempat yang menghasilkan cairan
untuk minuman keras, disebut tuak. Tuak juga berarti nira atau nira yang
diragikan. Sedang dalam bahasa Rote dan Timor, lontar disebut tua, Sabu (duwe),
Solor (tuak pokang), Jawa (siwalan), Madura (manjangan ‘pohon jantan’ dan ta’al
‘pohon betina), Lombok (tal), Bima (ta’a), Makassar (tola), Flores (kori/koli),
Seram (kolir watan), bahasa Kupang (tuak), Sansekerta (tala), Portugis
(palmeira), Inggris (palmyr), Belanda (jagerboom) dan Latin (borassus).
Dalam buku “The Natural History of
Palm (1966)” karangan Prof. E. Y. H Cormer, Fox mengutip sebagai berikut: “Di
antara semua tanaman, pohon palma adalah yang paling khusus. Batangnya yang
lurus dimahkotai dengan daun-daun raksasa adalah gambaran yang sempurna, secara
umum atau filsafat dari suatu pohon. Tidak menjadi aus karena percabangan. Di
semua bagian dunia yang panas bentuk itu terpancang dengan sederhana yang agung
dalam suatu pemandangan alam. Terwujud dalam lebih dari 2000 macam dan beberapa
ratus jenis, masing-masing dibatasi oleh iklim, daerah dan sejarah geografi”.
Selanjutnya Fox mengatakan (1996-263)
bahwa beberapa janis palma mempunyai peran yang tampak penting dalam sejarah
kehidupan manusia. Selama berabad-abad jenis-jenis palma itu telah memenuhi
kebutuhan berbagai suku bangsa di dunia dan kadang-kadang merupakan mata
pencaharian pokok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar