Judul
|
:
|
Boso Mu’a
Mba Busa: Pantangan Memakan Daging Anjing dalam Marga Nggebu di Rote Ndao NTT
|
Penulis
|
:
|
Welsly Mawuntu Fangidae & David Samiyono
|
Penerbit
|
:
|
Fakultas Teologi Press – Salatiga
|
Tahun Cetak
|
:
|
2009
|
Halaman
|
:
|
120
|
ISBN
|
:
|
979-927-842-2
|
Harga
|
:
|
Rp.
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Kebudayaan selalu memberi arti tersendiri dari
masyarakat pemeluknya, sehingga budaya mampu dipertahankan turun temurun
dari generasi ke generasi. Kebudayaan bukan secara otomatis terjadi, akan
tetapi berdasarkan sebuah proses, sama halnya dengan tradisi boso mua mba busa
pada marga Nggebu di kabupaten Rote Ndao . Tradisi boso mua mba busa merupakan
sebuah tradisi dalam bahasa Rote yang berarti pantangan memakan daging anjing.
Tradisi ini berawal dari sebuah kisah. Dimana nenek moyang marga Nggebu
yang bernama Benderina Doro Kona, terkena penyakit borok dan sulit di
sembuhkan. Kejadian ini di tahun 1928, dan karena sulit di sembuhkan
maka, datanglah seekor anjing dan menjilat seluruh tubuh dari Benderina,
hingga ia sembuh. Ketika sadar bahwa ia telah di sembuhkan oleh seekor anjing,
maka Benderina bersumpah bahwa turunannya sampai kapanpun dan dimanapun tidak
boleh memakan daging anjing, dan melanggar darah dari anjing yang disembelih.
Jika ada keturunannya yang melanggarnya maka akan terkena sanksi yaitu penyakit
borok, gila, buta, lumpuh dan tuli.
Marga Nggebu merupakan salah satu keturunan dari
Benderina, dan hingga saat ini marga Nggebu masih mentaati tradisi
tersebut selama kurang lebih sudah 13 turunan. Ketaatan dari marga Nggebu
terhadap tradisi boso mua mba busa terus di lakukan, sekalipun mereka telah
Kristen, akan tetapi bagi marga Nggebu, antara budaya dan agama tidak
menjadi masalah, sebab mereka tetap melaksanakan keduanya secara bersamaan
tanpa mengabaikan unsur-unsur utamanya.
Sikap marga Nggebu, terhadap boso mua mba busa yaitu dengan
tetap mempertahankan tradisi tersebut, secara ilmiah di golongkan dalam dua
tipe yaitu Totemisme, yang menurut Levi-strauss tradisi boso mua mba busa bias
di golongkan dalam Totemisme individual. Dan Pritchard Totemisme merupakan,
agama Primitif dengan sifat objektifitas, yaitu mewarisi dari generasi ke
generasi, dan Taboo (u) yang menurut Fraser, bahwa tabu perbuatan adalah
perbuatan untuk tidak memakan jenis makanan tertentu, dan tradisi boso mu’a mba
busa merupakan bagian dari objek tabu tidak langsung, yaitu dengan konsekuensi
melindungi diri dari bahaya yang muncul akibat memakan makanan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar