Judul
|
:
|
Reo
Sebagai Pusat Perdagangan di Flores Barat
|
Penulis
|
:
|
I Made Sumarja, I Made Purna, Kadek
Dwikayana & Dwi Bambang Santosa
|
Penerbit
|
:
|
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
|
Tahun Cetak
|
:
|
2018
|
Halaman
|
:
|
163
|
ISBN
|
:
|
978-602-356-221-3
|
Harga
|
:
|
NFS
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Opini umum
mengatakan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yaitu kumpulan pulau-pulau
yang dipisahkan oleh laut. Pelabuhan mempunyai peran penting bagi Indonesia
karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan dua per tiga wilayahnya
adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di
persinggahan rute perdagangan dunia. Pelabuhan merupakan salah satu rantai
perdagangan yang sangat penting dari seluruh proses perdagangan, baik itu
perdagangan antar pulau maupun internasional. Ada catatan yang menyebutkan
bahwa ada pelayaran dari Kerajaan Bima berlabuh di Reo Kedindi tanggal 11 Maret
1845. Demikian juga masuknya misionaris ke wilayah Manggarai untuk penyebaran
agama juga melalui pelabuhan di Reo. Selain sebagai tempat untuk berlabuhnya
pasukan perang, Pelabuhan Reo juga sudah sejak lama digunakan untuk kegiatan
perdagangan baik oleh masyarakat Manggarai dan sekitarnya maupun para pedagang
antar pulau. Pada saat ini, Reo merupakan kota pelabuhan yang memiliki peluang
untuk mengoptimalkan hasil laut, dan menjadi pintu masuk barang-barang dari
luar yang hidup dari pertanian, terutama tanaman bawang merah sehingga
berpeluang untuk diedukasi dalam teknik bertani maupun diversifikasi tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar