Judul
|
:
|
Hidup-Mati untuk Cina
|
Penulis
|
:
|
St. Yosef Freinademetz
|
Penerbit
|
:
|
Ledalero
|
Tahun Cetak
|
:
|
2008
|
Halaman
|
:
|
167
|
ISBN
|
:
|
978-979-9447-92-0
|
Harga
|
:
|
Rp. 60.000
|
Status
|
:
|
Ada
|
Cina
selalu menantang dan memikat, justru karena dia bukan sekedar memamerkan
pesona, melainkan menyimpan segudang tantangan. Cina menjadi sebuah daerah
terlarang, bagai Firdaus yang tertutup bagi para penyebar Injil. Negeri Tirai
Bambu itu tetaplah tirai yang tak mudah dipatahkan dan tetap memisahkan. Cina
tidak hanya tebar pesona, Cina menantang dan menantikan tanggapan misioner,
kerja keras dan belajar bekrjasama dengan pihak lain. Untuk maksud ini
pertobatan menjadi sesuatu yang niscaya. Santo Yosef Freinademetz menulis:
“Justru itulah yang saya rasakan sangat pahit. Kami datang dari Eropa ke sini
dengan semangat kerja yang berapi-api; kami impikan bahwa dengan membaptis
orang saja lengan kami menjadi kaku keletihan dan bahwa setiap tahun kami akan
melihat pagoda-pagoda berubah menjadi candi-candi gereja…. Sebagai gantinya,
orang-orang dewasa menertawakan kami di jalan-jalan dan tempat-tempat umum,
anak-anak mengikuti kami dengan teriakan ‘setan asing’.”
Semangat
misioner tetap bergelora, kendati misi Cina tidak hanya menyajikan pengalaman
keberhasilan. Bahasa dan kebudayaan yang berbeda, kebencian dan iri hati, salah
pengertian dan kecurigaan merupakan tantangan yang harus diatasi. Misi Cina
tidak jarang terasa pahit, mengandung racun yang dapat membuat orang merasa
letih dan putus asa. Namun semuanya ini ternyata tidak mengendorkan semangat
para misionaris. Cina masih serentak menyajikan madu yang menarik bagi para
musafir yang datang berkunjung.
Cina bagi
Yosef Freinademetz bukan hanya sebuah mimpi Fransiskus Xaverius yang tak pernah
kesampaian, tanah yang sampai akhir hidupnya hanya dapat ditatap dari atas
tempat tidur. Tapi bagi sang misionaris sulung SVD ini, Cina adalah hidup dan
matinya. Seluruh hidup dan cintanya adalah untuk Cina, hingga suatu ketika
Yosef pun berucap: “Di surga pun saya mau tetap jadi orang Cina!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar