Judul
|
:
|
Ballada Arakian, Kumpulan Puisi
|
Penulis
|
:
|
Yoseph Yapi Taum
|
Penerbit
|
:
|
Lamalera
|
Tahun Cetak
|
:
|
2015
|
Halaman
|
:
|
151
|
ISBN
|
:
|
978-979-25-4848-0
|
Harga
|
:
|
Rp. 45.000
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Ditinjau
dari sudut sejarah sastra. Khususnya sejarah perpuisian, tidak banyak penyair
Indonesia yang tertarik untuk menulis ballada. Penyair yang cukup intensif
menulis ballada sekaligus memperjuangkan persoalan-persoalan kemanusiaan adalah
WS Rendra dan Ajib Rosidi. Kehadiran antologi Ballada Arakian kiranya mengobati kerinduan masyarakat sastra
Indonesia akan jenis puisi ballada yang dapat secara tegas dan intensif
mengungkap berbagai persoalan eksistensial
yang dihadapi manusia. Yoseph Yapi Taum mengungkapkan berbagai kegalauan
kultural bangsa kita seperti Tragedi 1965, pembunuhan Munir, hukuman mati
Fabianus Tibo, Pulau Buru, pembantaian di Lapas Cebongan, pembunuhan di atas Kapal
di perairan Marabatua, pemilihan umum, suksesi kepemimpinan nasional, dan
sebagainya. Penyair ini bangkit dan hadir dalam perjuangan manusia mendapatkan
martabat dan kehormatan sebagai manusia tanpa kehilangan pengucapan puitiknya. Ballada Arakian tentu menjadi sumbangan
bagi oase perpuisian di tanah air.
Membaca
puisi-puisi Ballada Arakian, tersentak ingatan kita pada luka bangsa di tahun
’65 dan ’98. Ada kepedihan mendalam yang terasa pada pilihan katanya. Potret
situasi buram masa-masa itu digambarkan secara jelas oleh Yoseph Yapi Taum.
Puisi-puisinya merupakan ekspresi jujur, penggambaran bahwa nahkoda kita gagal
membawa ‘kapal’ bernama Indonesia ini ke arah yang lebih damai dan sejahtera.
(Dhenok Kristianti, penyair)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar