Judul
|
:
|
Nilai Budaya
dalam Sastra Lisan Sabu
|
Penulis
|
:
|
A.Ratukore
dkk
|
Penerbit
|
:
|
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
|
Tahun
Cetak
|
:
|
1998
|
Halaman
|
:
|
136
|
ISBN
|
:
|
979-459-850-X
|
Harga
|
:
|
NFS
|
Status
|
:
|
Kosong
|
Sastra sebagai cermin
pandangan hidup masyarakat akan sangat dirasakan
dalam sastra rakyat. Sastra rakyat ini merupakan sastra yang secara komunal menjadi
milik masyarakat secara turun-temurun. Oleh karena itu, sastra semacam itu, kendatipun
sebagai tradisi lisan, juga merupakan cerminan nilai-nilai kehidupan yang esensial
dari masyarakat di daerah yang bersangkutan. Sastra lisan ini masih dapat ditemukan
dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur. Dalam kesempatan ini, kami akan melakukan
penelitian untuk menggali nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Sabu.
Sastra lisan Sabu merupakan
salah satu sastra lisan di Nusa Tenggara Timur. Sastra lisan Sabu ini berkembang
dan tersebar dalam masyarakat Sabu, terutama yang menetap di Kepulauan Sabu. Kepulauan
Sabu merupakan wilayah Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kepulauan
Sabu terdiri atas dua kecamatan, yaitu Kecamatan Sabu Barat dengan ibu kota Seba
dan Sabu Timur dengan ibu kota Bolou, serta sebuah daerah perwakilan kecamatan,
yaitu Raijua.
Bahasa sehari-hari masyarakat
Sabu adalah bahasa Sabu dan bahasa Indonesia, tetapi masih ada yang hanya bisa berbicara
dengan bahasa Sabu. Bahasa Sabu memiliki empat dialek. Yaitu (1) Seba, (2) Mesara,
(3) Timu, dan (4) Liae (Walker, 1982:3).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar