Judul
|
:
|
MBEKO PATAH TULANG, Tradisi
Pengobatan Patah Tulang Pada Etnik Manggarai
|
Penulis
|
:
|
Semiarto Aji Purwanto, Zulfadhli Nasution & Bernadetha
Samayosi
|
Editor
|
:
|
Prof. Lestari Handayani
|
Penerbit
|
:
|
PT. Kanisius
|
Tahun Cetak
|
:
|
2016
|
Halaman
|
:
|
124
|
ISBN
|
:
|
978-979-21-5084-1
|
Sumber
|
:
|
|
Download
|
:
|
Dalam literatur
medis, patah tulang dikategorikan menjadi dua, yaitu tertutup bila tidak ada
luka sobek pada kulit dan terbuka yang ditandai dengan luka akibat patahan
tulang atau benda tertentu yang mengoyak kulit. Apabila luka terbuka itu menyebabkan
kerusakan jaringan dan otot, maka tingkat keparahan dari luka
terbuka semakin tinggi sehubungan dengan kedalaman lukanya, kerusakan
jaringan lunak
dan otot.
Pada kondisi ringan yaitu patah tulang yang tertutup, terdapat mekanisme
dimana tulang dapat tertutup sendiri. Tanpa pengobatan khusus, tulang
akan merapat kembali walaupun kemungkinan bentuknya tidak
lagi seperti semula. Pengobatan seperlunya untuk mengurangi rasa
sakit bisa dilakukan. Sebaliknya, pada kondisi yang parah, penanganan
patah tulang harus dilakukan oleh dokter ahli. Penanganan medis untuk kasus
patah tulang yang parah memerlukan tenaga ahli bedah tulang dan
fasilitas yang memadai. Pelayanan kesehatan untuk pasien dengan demikian hanya
bisa diberikan di fasilitas-fasilitas
kesehatan tertentu. Tidak semua rumah sakit, apalagi Puskesmas, dilengkapi dengan tenaga ortopedis.
Di sisi
yang lain, penanganan patah tulang dalam komunitas lokal menggunakan logika
sistem medis tradisional yang berbeda dengan sistem medis modern. Pada
hampir semua komunitas, dengan inspirasi kebudayaan masing-masing, sistem
perawatan dan penanganan patah tulang secara tradisional amat
dikenal. Berbagai konsep, teori dan praktisi patah tulang dalam
tradisi budaya tertentu bahkan eksis tidak cuma di wilayah pedesaan
tetapi juga di perkotaan. Dukun patah tulang, metode penyembuhan
Cimande dan pengobatan sangka! putungadalah beberapa contoh
populer dari perawatan patah tulang tradisional (Handayani et al.,
2001: 50).
Di daerah Karo,
Sumatra Utara, guru pertawar ten gge! adalah rujukan pertama
yang dituju masyarakat ketika ada anggotanya yang mengalami
patah tulang (Surbakti, et al., 2015). Ada beberapa cara yang berbeda
yang digunakan untuk pengobatan patah tulang tradisional itu,
mulai dari penggunaan minyak obat yang disebut minak pen ga!un,
sembur dan tawar yang diramu dari berbagai tanaman obat.
Sementara itu, orang Manggarai di Manggarai Timur, dan umumnya orang Manggarai di Flores mengenal sistem perawatan patah tulang yang khas. Pada hampir setiap kecamatan dijumpai praktisi medis tradisional dengan kemampuan menangani patah tulang. Umumnya, orang Manggarai mampu mendeskripsikan bagaimana penanganan patah tulang oleh para praktisi tersebut. Walaupun beragam, ada benang merah yang menghubungkan aneka cara penanganan patah tulang tradisional di Manggarai. Terdapat cerita populer di sana tentang pengobatan dengan cara 'menghancurkan lagi tulang yang patah untuk kemudian disembuhkan' dan memberikan obat, biasanya air putih dengan 'doa penyembuhan tertentu'.
Sementara itu, orang Manggarai di Manggarai Timur, dan umumnya orang Manggarai di Flores mengenal sistem perawatan patah tulang yang khas. Pada hampir setiap kecamatan dijumpai praktisi medis tradisional dengan kemampuan menangani patah tulang. Umumnya, orang Manggarai mampu mendeskripsikan bagaimana penanganan patah tulang oleh para praktisi tersebut. Walaupun beragam, ada benang merah yang menghubungkan aneka cara penanganan patah tulang tradisional di Manggarai. Terdapat cerita populer di sana tentang pengobatan dengan cara 'menghancurkan lagi tulang yang patah untuk kemudian disembuhkan' dan memberikan obat, biasanya air putih dengan 'doa penyembuhan tertentu'.
Saya mau beli. Caranya gimna ya?
BalasHapus